Aku
masih termangu menanti balasan pesan dari Indit—sahabat karibku. Sudah lima
belas menit berlalu sejak pesan terahir ku kirimkan kepadanya. Tega sekali
sahabat-sabatku itu meninggalkan aku sendiri di malam yang seharusnya penuh
keriangan ini. Ah! Benar juga. Ini semua memang salahku. Andai saja aku lebih
memilih ikut mereka ke Bali dari pada mengikuti rencana liburan keluargaku yang
gagal dengan sukses karena ayah tiba-tiba harus mengurus pekerjaannya. Ya, ini
semua salahku. Aaa! Jika saja aku memilih ke Bali bersama Indit dan yang
lainnya, sekarang ini pasti aku sedang berada di bawah pancaran bintang yang
terbuka lepas di angkasa. Menikmati terpaan angin yang membawa serta ombak
berdendang memecah kesunyian. Menikmati malam pergantian tahun bersama empat
sahabatku yang lain. Tia, Rahma, Echa dan Indit. Mereka pasti sedang
bersenang-senang mala mini. Ditemani musik, orang-orang, cahaya khas pesta di
pinggir pantai dan juga keringat yang memburu penuh semangat.
Subscribe to:
Posts (Atom)