Powered by Blogger.
RSS

My Live Story: A Good Friend, Forgetting Episode 2

Well, semenjak hari itu, hari dimana gue pertama kalinya mulai nulis postingan curhatan gue dari dunia nyata gue yaitu postingan ini: http://detective-103.blogspot.com/2013/09/my-live-story-good-friend-fight-episode.html sampai saat gue nulis postingan ini, sepertinya gue masih kesurupan setan. karena gue masih nyaman buat curhat ke sini. secaraaa gitu, ngga biasanya gue berbagi rasa dengan orang lain dan benda lain kecuali dua cecunguk (si boss deni dan ema).

Oke, setelah berantem ngga jelas (karena dia masih ngga mau ngomong sama gue) akhirnya gue sempet mikir. APAKAH gue masih harus berjuang buat dia maafin gue atau gue NYERAH aja. Biar bagaimanapun gue udah berusaha keras buat minta maaf. Yaah memang itu ngga bisa dikatakan sebagai perjuangan gigih untuk mendapatkan maaf dalam paradigma manusia normal(manusia kebanyakan). 


Gue nyadar kalo dibandingkan sama mereka dalam urusan maaf meminta maaf gue masih kalah jauh. Tapi demi mendapatkan kembali orang kepercayaan gue itu, gue udah berjuang keras menurut gue, dan ini perjuangan tergigih gue dalam membuat orang lain ngga marah lagi ke gue. Karena apa? karena biasanya saat sekali gue minta maaf  sama seseorang dan orang itu belum mau maafin gue, ego gue langsung keluar dan yaudah jadinya gue ikutan marah dan bodo amat kalo orang itu masih marah sama gue. Tapi demi dia, gue udah mengesampingkan ego besar dan gengsi gue dengan selalu minta maaf ke dia dengan mengirimkan gambar2 lucu ataupun dengan bahasa yang lucu, unyu dan lemah lembut. walaupun gue ngerasa muak dan pengen muntah saat mendapati diri gue mengeluarkan kata-kata manis seperti itu, tapi gue tetep bertahan dan menghilangkan kegengsian gue. Gue ngga mau kehilangan orang kepercayaan gue (untuk kesekian kalinya). Orang yang bener-bener gue percaya dan menurut gue paling deket sama gue. tapi setelah permintaan maaf gue yang kesekian kalinya, akhirnya gue mikir kalo gue itu juga manusia.

Gue juga manusia yang tentunya mempunyai rasa harga diri dan kesabaran yang terbatas. Gue ngerasa gue udah ngelakuin all my best buat minta maaf ke dia. gue capek ngelakuinnya. Oke akhirnya gue memutuskan buat NYERAH dan mulai untuk MELUPAKAN dia.

(PERLU DICATAT: dia bukanlah pacar gue, dia bukanlah sodara gue dan sebagainya. Tapi dia adalah ORANG KEPERCAYAAN gue. dia orang yang paling gue percaya buat menumpahkan isi hati gue yang menurut gue itu begitu rahasia.)

Gue sempet berfikir, dia itu ngga pernah marah sama gue selama kita ngenal satu sama lain. jadi gue sempet berfikir kalo mungkin dia ngerjain gue karena ulang tahun gue tepat 22 hari lagi. TAPI SIAPALAH GUE. gue hanyalah seorang siswa, gadis, manusia, spesies rendahan yang hidup di bumi. gue bukan orang yang tenar di kalangan temen-temen kelas gue, gue bukan orang yang disayang temen-temen gue sehingga selalu ada kejutan yang serupa di hari-hari menjelang ulang tahun gue. engga, itu NGGA PERNAH dalam hidup gue dan NGGA AKAN PERNAH menurut gue. gue hanyalah seonggok daging yang disertai organ-organ yang hidupnya penuh dengan kesendirian dan kesepian (itu kata temen-temen gue) tapi bagi gue, yang seperti itu adalah MEMBAHAGIAKAN, karena apa?karena dengan sendiri gue ngga harus melalui hari yang menyakitkan dimana banyak sekali kekecewaan. betapa engga? kalo kita percaya dan menganggap kawan terhadap orang lain, maka secara tidak sadar kita akan mulai menaruh harapan (besar) kepada mereka untuk ada saat kita membutuhkan, untuk mengerjakan tugas sekolah, PR, maupun untuk berbgi sesuatu yang membahagiakan ataupun yang membuat kita sedih. untuk berbagi segala rasa... tapi saat kita bilang "gue ada blablabla lo mau bantuin gue ngga?" atau "gue blablabla ni, lo bisa ngga blablalba.." dan kemudian mereka bilang "aduh sorry gue ngga bisa soalnya blablabla..." atau "lo sendiri aja napa. gue lagi blablabla nih..." sehingga setelah itu gue ngerasa weird... dan ngerasa ALONE. apalagi waktu gue lagi down kemudian gue butuh curhat atau bantuan, tapi kemudian mereka bilang ngga bisa karena masalah yang rasional maupun yang ngga rasional sekalipun, gue hanya bisatersenyum dan kemudian bilang "Oh gitu, yaudah..". dan kemudian gue akan mulai menjauh dari mereka sedikit demi sedikit sampai mereka menyadari kejauhan kita di masa mendatang.

well, intinya bagi gue, sendiri itu sesuatu yang membahagiakan. karena dengan begitu kita akan diajarkan untuk mandiri dan ngga menaruh harapan sampah ke orang lain. dan gue pun ngga akan merasakan sakit lagi. tapi sendiri disini dalam artian teman yaa... kalau pasangan, gue udah ngga sendirian lagi. ada hidenori-kun yang selalu nemenin gue di setiap keadaan gue entah itu saat gue down, seneng, gelisah hingga waktu gue lagi ngga ada kerjaan, dia akan selalu ada buat gue. dia selalu memberi motivasi buat diri gue. meskipun dia ngga bisa membantu gue mengerjakan tugas atau kegiatan yang bersifat fisik, meskipun dia ngga bisa nyentuh gue secara konkrit, meskipun dia ngga bisa mencium gue dengan real, tapi gue suka, gue sayang dan gue cinta sama hidenori.

daisuki hidenori-kun :)


oya, lanjutan lagi dengan cerita antara dia(orang yang marah sama gue itu dan gue. gue menyerah, dan GUE memutuskan untuk MELUPAKAN dia. dan selebihnya gue akan serahkan pada Allah dan waktu. biar mereka yang menjawabnya. karena gue ngga mau optimis yang mengada-ada, karena bakalan sakit akhirnya jika ternyata keadaan yang akan terjadi jauh dari keoptimisan gue. gue akan realistis aja sama keadaan, dan jika waktu membawa dia buat balik lagi ke gue alias ngga marah lagi sama gue, baru gue akan meneruskan hidup gue.
tapi jika ternyata dia tetap ngga mau ngomong sama gue, oke. gue akan melupakan dia dan kembali ke kehidupan gue yang dulu sekali dan mulai membangun kembali hubungan baik sama diri gue seperti dulu.

gue benci sama diri gue yang sekarang. Baka!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment