Dulu saat gue masih sekolah tepatnya beberapa bulan yang lalu, gue nggak sabar pengen segera kerja biar bebas dari semua siksaan tugas sekolah dan juga guru-guru yang semakin rempong tingkah lakunya.
Gue berpikir setelah tamat dari sekolah, sebuah brand new day yang bakal ceria akan menyapa hidup gue untuk seterusnya. Tapi yang gue hadapi setelahnya adalah cambukan kehidupan yang menggelegar saat gue sedang dalam proses mencari pekerjaan. 3 Bulan menganggur membuat gue menjadi cukup pesimis apa gue akan dapat pekerjaan ataukah engga, nggak cuman satu-dua perusahaan yang gue datengin. Bukan masalah selalu di tolak, beberapa perusahaan malah ada yang menerima gue langsung untuk bekerja tanpa embel2 tes yang sulit. Tapi mungkin itu belum rejeki karena gaji yang ditawarkan ternyata jauh dari persepsi awal gue ditambah lagi dengan jarak tempat kerja tersebut.
Di masa penantian itu gue kembali terobsesi pada kehidupan setelah gue menganggur. Gue membayangkan dan tidak sabar untuk berada di kehidupan dimana gue sudah mendapatkan pekerjaan. Gue lalu membayangkan dan sedikit berangan-angan betapa enaknya kalau sudah ada kesibukan alias bekerja. Hingga pada saat itu gue merasa bosan yang teramat sangat untuk berada dirumah dan wara-wiri mencari kerja.
2 September 2014 akhirnya hal yang gue tunggu2 pun tiba. Setelah melalui rangkaian tes yang panjang dan melelahkan akhirnya gue diterima kerja di sebuah rumah sakit di dekat rumah dengan kontrak kerja 3 bulan sebagai masa training dan selanjutnya akan kontrak selama setahun. Meskipun gaji yang ditawarkan jauh di bawah standar, tapi gue merasa sangat excited untuk menjalani pekerjaan tersebut karena jaraknya sangat dekat dengan rumah gue, bahkan gue bisa berangkat dengan berjalan kaki. Gue sangat merasa blessed. Gue bersyukur akhirnya setelah penantian panjang itu hidup gue dapat berlabuh di sebuah rumah sakit sebagai tenaga administrasi. Dalam bayangan gue saat itu, pekerjaan yang akan gue jalani itu hanya merapikan dokumen2, membuat atau mencatat dokumen2 di office nya rumah sakit.
Tapi hari pertama kerjaaaaaaa, tau nya administrasi di sana itu berarti kasir. Merangkap juga sebagai customer service karena mengangkat2 telpon yang berdering sepanjang waktu, juga sebagai akuntan karena berjibaku dengan uang dan jurnal-jurnal laporan entah itu manual atau dengan komputer, juga merangkap sebagai pembuat dokumen2 kelahiran (karena itu rumah sakit Ibu dan Anak), dan hampir semua divisi entah itu divisi apoteker, asisten dokter, suster2, semua berpusat di divisi administrasi. Di divisi ini harus memeriksa apakah nota di dokter segala dokter, di lab, di radiologi, di suster rawat inap, semua harus dicocokkan dengan nota atau dokumen di kita (divisi administrasi).
Hari pertama kerja gue dan satu temen gue yang sama2 anak baru di divisi itu hanya bertugas untuk mengamati pekerjaan para administrator yang lama. dan di hari itu juga gue langsung pusing karena pekerjaan mereka itu sangat buanyaaaakkkkkkkkkkkkkkk...
Bagaimana gue akan bisa seperti itu??? Bekerja dan bergerak secepat kilat, berpikir dan mendengar setajam pedang,,,
Hari kedua gue langsung mulai praktek melayani pasien plus pegang uang berjuta-juta dengan di dampingi satu orang senior.
Hari kedua, ketiga hingga keempat, gue rasanya udah sangat-sangat nggak betah dan ingin keluar. Tapi gimana??? kontrak kerjanya selama 3 bulan, lagian gue baru juga bekerja selama 4 hari... Mata gue mulai terbuka bahwa hidup ini memang benar-benar butuh orang yang kuat dan tegar dalam kesulitan mereka. Dan orang-orang yang tetap berdiri setelah kaki mereka dicambuk hingga darah berderai menyeruak dan rasa sakit mengibas-kibasnya, mereka adalah orang yang sangat hebat... Termasuk di dalamnya adalah bapak emak gue...
Hari ke 8 bekerja, dan gue masih dipusingkan dengan pembuatan laporan yang bermacam-macam rupanya, ditambah dapat shift sore dimana pasien di jam2 ini mencapai puncaknya. Di titik ini gue sadar. Apapun itu, sekarang PILIHANNYA HANYALAH, terus berjalan meski dengan menyeret kaki, atau melangkah dengan langkah yang terseok-seok atau berlari meski jalanan dipenuhi dengan paku dan batu yang sangat terjal...
Dan pilihan gue sekarang adalah terus berlari meski kaki dipenuhi luka dan hujatan dari pelatih yang menginginkanku untuk terus maju dan memenangkan perlombaan ini. Yang hadiahnya adalah sesuatu yang indah untuk ku nanti. Yaitu jiwa, pikiran dan perilaku yang berkualitas sebagai orang dewasa nanti. Dan tentunya ini akan sangat bermanfaat untukku dalam menghadapi masalah...
Oh temannn... Sebenarnya ingin sekali ku membagi cerita kepada teman-temanku yang selama 3 tahun ini selalu menemani langkahku menjadi manusia yang lebih manusiawi. Karena akupun tak ada tempat lain yang dapat untukku berbagi penderitaan ini. Agar sedikit dapat mengurangi beban yang mencederai bahu dan hati ini.
Tapi sungguh, aku tidak tega jika mereka harus mendengarkan jalan yang menggetirkan hidupku ini. Dari ceritaku itu, aku tidak ingin mereka berpikiran bahwa bekerja itu sungguh-sungguh berat. Dan akhirnya akan mempengaruhi semangat mereka dalam menjalani kehidupan bekerja mereka, mengingat mereka juga ada beberapa yang belum mendapatkan pekerjaan. Aku tetap ingin mereka memandang dunia kerja sebagai sesuatu yang menyenangkan dan sesuatu yang layak untuk ditunggu-tunggu. I LOVE YOU guys, cukup gue yang merasakan ini...
Sungguh aku ingin melambaikan tangan sebagai tanda bahwa aku tidak kuat lagi, tapi apa daya, tidak ada kamera yang on sehingga tidak akan ada bala bantuan dari orang lain. Hanya Allah lah yang akan membantuku. Dan pilihan yang tersisa hanyalah berdamai dengan apa-apa yang aku takutkan, dan berteman dengan ketakutan itu hingga ketakutan itu menjadi sesuatu yang sudah tidak menakutkan lagi...
Alhamdulillah,,, cukup lega bisa mengungkapkan hal yang selalu membelenggu pikiran ini.
Hari kedua, ketiga hingga keempat, gue rasanya udah sangat-sangat nggak betah dan ingin keluar. Tapi gimana??? kontrak kerjanya selama 3 bulan, lagian gue baru juga bekerja selama 4 hari... Mata gue mulai terbuka bahwa hidup ini memang benar-benar butuh orang yang kuat dan tegar dalam kesulitan mereka. Dan orang-orang yang tetap berdiri setelah kaki mereka dicambuk hingga darah berderai menyeruak dan rasa sakit mengibas-kibasnya, mereka adalah orang yang sangat hebat... Termasuk di dalamnya adalah bapak emak gue...
Hari ke 8 bekerja, dan gue masih dipusingkan dengan pembuatan laporan yang bermacam-macam rupanya, ditambah dapat shift sore dimana pasien di jam2 ini mencapai puncaknya. Di titik ini gue sadar. Apapun itu, sekarang PILIHANNYA HANYALAH, terus berjalan meski dengan menyeret kaki, atau melangkah dengan langkah yang terseok-seok atau berlari meski jalanan dipenuhi dengan paku dan batu yang sangat terjal...
Dan pilihan gue sekarang adalah terus berlari meski kaki dipenuhi luka dan hujatan dari pelatih yang menginginkanku untuk terus maju dan memenangkan perlombaan ini. Yang hadiahnya adalah sesuatu yang indah untuk ku nanti. Yaitu jiwa, pikiran dan perilaku yang berkualitas sebagai orang dewasa nanti. Dan tentunya ini akan sangat bermanfaat untukku dalam menghadapi masalah...
Oh temannn... Sebenarnya ingin sekali ku membagi cerita kepada teman-temanku yang selama 3 tahun ini selalu menemani langkahku menjadi manusia yang lebih manusiawi. Karena akupun tak ada tempat lain yang dapat untukku berbagi penderitaan ini. Agar sedikit dapat mengurangi beban yang mencederai bahu dan hati ini.
Tapi sungguh, aku tidak tega jika mereka harus mendengarkan jalan yang menggetirkan hidupku ini. Dari ceritaku itu, aku tidak ingin mereka berpikiran bahwa bekerja itu sungguh-sungguh berat. Dan akhirnya akan mempengaruhi semangat mereka dalam menjalani kehidupan bekerja mereka, mengingat mereka juga ada beberapa yang belum mendapatkan pekerjaan. Aku tetap ingin mereka memandang dunia kerja sebagai sesuatu yang menyenangkan dan sesuatu yang layak untuk ditunggu-tunggu. I LOVE YOU guys, cukup gue yang merasakan ini...
Sungguh aku ingin melambaikan tangan sebagai tanda bahwa aku tidak kuat lagi, tapi apa daya, tidak ada kamera yang on sehingga tidak akan ada bala bantuan dari orang lain. Hanya Allah lah yang akan membantuku. Dan pilihan yang tersisa hanyalah berdamai dengan apa-apa yang aku takutkan, dan berteman dengan ketakutan itu hingga ketakutan itu menjadi sesuatu yang sudah tidak menakutkan lagi...
Alhamdulillah,,, cukup lega bisa mengungkapkan hal yang selalu membelenggu pikiran ini.
1 comments:
i read this T_T *sobbing*
Post a Comment